MAUMERE, SUARA-FLORES.COM – Moat Maring adalah salah satu pemulung di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Dengan kondisi tubuh yang cacat namun ia mampu bertahan di derasnya persaingan hidup, di antara ramainya lalulintas kendaraan mewah Kota Maumere.
Moat Maring merupakan warga asal Desa Natakoli, Kecamatan Mapitara. Sebuah desa di kaki Gunung Api Egon yang jauh dari signal telkomsel dan jauh dari jalan mulus.
Adapun kisah awal mula ia menjadi pemulung sampah kota. Beberapa tahun lalu, ia mengalami kecelakaan lalulintas di area Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kota Maumere. Kecelakaan itu membuat tulang kaki kirinya patah. Ia tak bisa berjalan normal sebagaimana dialami oleh warga pemulung lainnya, walau sudah berjuang dengan keras untuk penyembuhan kakinya.
Sejak itu, Moat Maring tak lagi masuk kebun yang sebelumnya sebagai petani di Natakoli. Karena cacat, ia memutuskan menjadi pemulung sampah di Kota Maumere.
Adapun jenis sampah yang ia kumpulkan, yakni sampah kardus dan botol air mineral yang sengaja dibuang oleh warga Kota Maumere. Hampir setiap hari ia mengumpulkan sampah-sampah yang dapat dibeli para agen sampah. Tapi hasil sampah yang ia kumpulkan dalam sehari tak langsung djual. Ia harus berjuang hingga beberapa hari untuk bisa ditimbang dan mendapatkan sejumlah lembar uang kertas.
“Sebulan saya bisa dapat 1 juta lebih. Uangnya untuk makan, untuk anak-anak sekolah atau saya antar ke kampung. Kadang mereka datang ambil sendiri,” kisah pria kelahiran 30 Januari 1963 bernama lengkap Marianus Maring itu di Kota Maumere pekan lalu.
Moat Maring mengaku bahwa usai mencari sampai disetiap harinya, ia tak langsung kembali ke kampung Natakoli atau pun menginap di rumah keluarga di Kota Maumere. Ia memilih hidup atau tidur bersama pedagang lainnya di area Pasar Tingkat Kota Maumere.
“Di sana ada konfor untuk masak makan minum dan juga buat kopi. Setiap hari saya di sana,” kisahnya.
Kepada Suara Flores, ia mengaku bahwa sampah-sampah yang ia kumpulkan sering dicuri atau diambil tanpa sepengetahuannya. Hal itu terjadi saat ia pergi mencari sampah atau pergi ke rumah keluarga.
Namun demikian, ia tak patah semangat untuk terus mengumpulkah sampah kardus dan sisah botol air mineral. Sampai saat ini ia tetap bertahan sebagai pemulung sampah kota dan tidur di pasar. (Sf).